Jumat, 30 November 2012

Pendamai


PENDAMAI
            Banyak orang berkata, “saya cinta damai”  tetapi kenyataannya mereka belum sedikit pun melakukan suatu hal untuk kedamaian. Sebenarnya apa itu damai? Damai adalah sebuah kondisi dimana kita bisa merasakan tenang, nyaman dan tidak merasa takut akan suatu hal. Kalau ditanya bagaimana rasa damai? Damai itu rasanya seperti tidur-tiduran diatas awan sambil nonton film seharian dengan makan double cheese burger ditambah minum coke float. Pokoknya damai itu membuat diri kita nyaman dan tenang.
            Pagi ini kulihat setetes embun yang menyejukan hatiku dan secerca cahaya terang menyinari hatiku. Aku begitu bahagia memasuki kelasku yang telah dipenuhi oleh sahabat-sahabatku, terlihat canda tawa dan mereka sangat akur satu sama lain. Mereka tak seperti hari-hari kemarin. Mereka tak lagi saling cuek dengan sesama, mereka benar-benar telah menyatu lagi.
Aku ingat bagaimana dulu. Pertengkaran demi pertengkaran pun terjadi, tidak ada kekompakan dan kedamaian di kelas sehingga aku tak betah belajar di kelas. Sebagai ketua kelas, aku merasa tidak bisa menghadapi ini semua ini. Aku merasa gagal. Aku sempat ingin lepas tangan atas suasana panas dalam kelas ini. Namun aku sadar, aku belum pernah berbuat apa-apa. Aku mulai berpikir apa yang harus aku perbuat untuk menjadi penengah dalam masalah ini.
            Kucoba mengingat cara yang biasa dilakukan oleh pemimpin untuk berdamai pada masa lampau. Mereka selalu berdamai dengan syarat. Seperti halnya negara penjajah selalu memerdekakan negara yang mereka jajah asalkan ada imbal baliknya. Aku tidak bisa memakai cara ini untuk mendamaikan sahabat-sahabatku dikelas. Karena hal itu hanya memaksakan perdamaian pada seseorang.
            Aku menjadi ingat kepada seorang ibu polisi yang aku kagumi. Aku tak mengenalnya. Waktu itu aku sedang melihat pertandingan sepak bola bersama teman-temanku. Aku duduk di tribun ekonomi. Ketika itu ada orang yang dibilang pencopet oleh orang-orang. Suasana menjadi sangat tegang. Aku sampai berpegang kuat dengan teman disebelahku. Dalam suasana genting seperti itu, tiba-tiba datang sekumpulan polisi, yang akan menenangkan suasana panas itu. Aku terkejut saat mengetahui polisi yang paling depan yang mengamankan pencopet itu seorang wanita cantik. Kecantikannya tertutup oleh kegagahan pakaian dinasnya. Dengan tenang ia menyeret pencopet itu.
            Polisi laki-laki yang ada dibelakang polisi wanita itu sibuk menahan orang-orang yang masih menyimpan dendam pada pencopet itu tadi. Kemudian polisi wanita tadi menyeret pencopet melalui segerombolan orang yang masih dendam pada pencopet itu dengan tenang. Orang-orang pun tak lagi ribut dan kini bisa diam. Suasana kembali menjadi kondusif.
            Dalam konflik di kelasku, aku sudah mulai menemukan titik terang. Aku mulai mengajak bicara satu persatu sahabatku itu. Aku bertanya tentang keluhan-keluhan apa saja yang mereka hadapi sehinga mereka bisa saling acuh tak acuh satu sama lain. Awalnya memang sulit meyakinkan bahwa aku bukan orang yang akan membocorkan semua curhat mereka. Aku sebagai ketua kelas hanya ingin mereka menjadi lebih baik dan terjadi kedamaian di kelas.
             Dari pengalamanku sebagai pendamai di kelasku. Aku dapat menarik kesimpulan, bahwa wanita selalu bekerja dengan hati maka adu fisik tidak akan terjadi, dan adu fisik tidak akan menyelesaikan masalah. Hal yaang paling penting saat mendamaikan sesuatu pertikaian kita terlebih dulu berdamai dengan keadaan. Saat ditengah-tengah konflik wanita tidak akan menjadi lawan dalam pertikaian itu. Tetapi dia berada dalam kedua kubu dan mengibarkan bendera putih sebagai tanda perdamaian
            Dalam suasana kacau di kelasku, aku tidak memusuhi semua anak di kelasku tetapi tetap menganggap mereka sebagai sahabat-sahabatku. Dan dari situ aku mempunyai keinginan untuk mempersatukan sahabat-sahabatku itu. Kalau aku menganggap mereka sebagai musuh yang menggaguku untuk belajar di kelas, yang terjadi aku tak akan mendamaikan mereka tetapi malah ikut cuek seperti keadaan di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar