PENDAMAI
Banyak orang berkata, “saya cinta
damai” tetapi kenyataannya mereka belum
sedikit pun melakukan suatu hal untuk kedamaian. Sebenarnya apa itu damai? Damai
adalah sebuah kondisi dimana kita bisa merasakan tenang, nyaman dan tidak
merasa takut akan suatu hal. Kalau ditanya bagaimana rasa damai? Damai itu
rasanya seperti tidur-tiduran diatas awan sambil nonton film seharian dengan
makan double cheese burger ditambah minum coke float. Pokoknya damai itu
membuat diri kita nyaman dan tenang.
Pagi ini kulihat setetes embun yang
menyejukan hatiku dan secerca cahaya terang menyinari hatiku. Aku begitu
bahagia memasuki kelasku yang telah dipenuhi oleh sahabat-sahabatku, terlihat
canda tawa dan mereka sangat akur satu sama lain. Mereka tak seperti hari-hari
kemarin. Mereka tak lagi saling cuek dengan sesama, mereka benar-benar telah
menyatu lagi.
Aku
ingat bagaimana dulu. Pertengkaran demi pertengkaran pun terjadi, tidak ada
kekompakan dan kedamaian di kelas sehingga aku tak betah belajar di kelas. Sebagai
ketua kelas, aku merasa tidak bisa menghadapi ini semua ini. Aku merasa gagal.
Aku sempat ingin lepas tangan atas suasana panas dalam kelas ini. Namun aku
sadar, aku belum pernah berbuat apa-apa. Aku mulai berpikir apa yang harus aku
perbuat untuk menjadi penengah dalam masalah ini.
Kucoba mengingat cara yang biasa
dilakukan oleh pemimpin untuk berdamai pada masa lampau. Mereka selalu berdamai
dengan syarat. Seperti halnya negara penjajah selalu memerdekakan negara yang
mereka jajah asalkan ada imbal baliknya. Aku tidak bisa memakai cara ini untuk
mendamaikan sahabat-sahabatku dikelas. Karena hal itu hanya memaksakan
perdamaian pada seseorang.
Aku menjadi ingat kepada seorang ibu
polisi yang aku kagumi. Aku tak mengenalnya. Waktu itu aku sedang melihat
pertandingan sepak bola bersama teman-temanku. Aku duduk di tribun ekonomi.
Ketika itu ada orang yang dibilang pencopet oleh orang-orang. Suasana menjadi
sangat tegang. Aku sampai berpegang kuat dengan teman disebelahku. Dalam
suasana genting seperti itu, tiba-tiba datang sekumpulan polisi, yang akan
menenangkan suasana panas itu. Aku terkejut saat mengetahui polisi yang paling
depan yang mengamankan pencopet itu seorang wanita cantik. Kecantikannya
tertutup oleh kegagahan pakaian dinasnya. Dengan tenang ia menyeret pencopet
itu.
Polisi laki-laki yang ada dibelakang
polisi wanita itu sibuk menahan orang-orang yang masih menyimpan dendam pada
pencopet itu tadi. Kemudian polisi wanita tadi menyeret pencopet melalui
segerombolan orang yang masih dendam pada pencopet itu dengan tenang.
Orang-orang pun tak lagi ribut dan kini bisa diam. Suasana kembali menjadi kondusif.
Dalam konflik di kelasku, aku sudah
mulai menemukan titik terang. Aku mulai mengajak bicara satu persatu sahabatku
itu. Aku bertanya tentang keluhan-keluhan apa saja yang mereka hadapi sehinga
mereka bisa saling acuh tak acuh satu sama lain. Awalnya memang sulit
meyakinkan bahwa aku bukan orang yang akan membocorkan semua curhat mereka. Aku
sebagai ketua kelas hanya ingin mereka menjadi lebih baik dan terjadi kedamaian
di kelas.
Dari pengalamanku sebagai pendamai di kelasku.
Aku dapat menarik kesimpulan, bahwa wanita selalu bekerja dengan hati maka adu
fisik tidak akan terjadi, dan adu fisik tidak akan menyelesaikan masalah. Hal
yaang paling penting saat mendamaikan sesuatu pertikaian kita terlebih dulu
berdamai dengan keadaan. Saat ditengah-tengah konflik wanita tidak akan menjadi
lawan dalam pertikaian itu. Tetapi dia berada dalam kedua kubu dan mengibarkan
bendera putih sebagai tanda perdamaian
Dalam suasana kacau di kelasku, aku
tidak memusuhi semua anak di kelasku tetapi tetap menganggap mereka sebagai
sahabat-sahabatku. Dan dari situ aku mempunyai keinginan untuk mempersatukan
sahabat-sahabatku itu. Kalau aku menganggap mereka sebagai musuh yang
menggaguku untuk belajar di kelas, yang terjadi aku tak akan mendamaikan mereka
tetapi malah ikut cuek seperti keadaan di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar